Cara Membedakan Ajaran Sejati dan Ajaran Palsu


akhir zaman

Pernahkah kamu merasa bingung ketika mendengar ada pengajaran yang “terdengar rohani”, tapi di dalam hati kamu tahu… ada yang tidak beres?

Mungkin kamu melihat khotbah viral di media sosial yang lebih banyak bicara soal “menjadi sukses” daripada soal “memikul salib”.

Atau mungkin kamu mendengar ajaran yang berkata, “Tuhan ingin kamu bahagia apa pun caranya”, padahal Alkitab jelas berkata bahwa hidup Kristen bukan tentang kenyamanan, tapi tentang "kekudusan dan ketaatan."

Fenomena ini nyata. Banyak ajaran yang "menyimpang dari firman Tuhan"  tidak selalu secara frontal, tapi halus, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya jauh dari kebenaran sejati.

Alkitab Sudah Menubuatkan Semua Ini

Rasul Paulus sudah menulis ribuan tahun lalu bahwa akan datang waktu di mana orang tidak tahan lagi mendengar ajaran yang benar:
“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya.” (2 Timotius 4:3–4)
Dan lihatlah zaman kita sekarang banyak orang lebih suka mendengar kata-kata motivasi daripada panggilan untuk bertobat.
Khotbah tentang "salib dan dosa" mulai dianggap “terlalu keras”.
Yang laku adalah pesan yang “menyemangati”, “membangun diri”, dan “membuat nyaman”.

Padahal Injil yang sejati **tidak selalu membuat kita nyaman**, tapi **membuat kita berubah**.

Ketika Cinta Dunia Mengalahkan Cinta Kebenaran

Banyak pelayanan masa kini ingin relevan dengan dunia. Tapi dalam usaha menjadi “modern”, tanpa sadar mereka "mengorbankan prinsip kekal". Yesus sudah mengingatkan:

“Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan…” (Matius 6:24)

Sayangnya, banyak gereja mulai sibuk membangun citra, mengejar jumlah pengikut, dan menyesuaikan isi khotbah supaya tetap populer di media sosial.

Inilah akar dari banyak penyimpangan: "cinta dunia perlahan menggantikan cinta kepada kebenaran."

Ketika Jemaat Tidak Lagi Berakar dalam Firman

Ada satu kebenaran yang pahit: Banyak orang Kristen zaman ini lebih mengenal motivator rohani daripada mengenal isi Alkitab. Banyak yang tahu ayat populer seperti Yeremia 29:11, tapi tidak tahu konteksnya. Banyak yang rajin mendengar khotbah, tapi jarang membuka Alkitab pribadi.

Akibatnya? Ketika ajaran palsu datang, mereka tidak punya fondasi untuk membedakannya.

“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah.” (Hosea 4:6)

Kebenaran yang sejati hanya bisa dipahami oleh mereka yang mau menggali Firman dengan hati yang haus akan Tuhan, bukan hanya haus akan berkat.

Tekanan Budaya dan Relativisme Zaman

Kita hidup di zaman yang sangat “terbuka”. Dunia berkata: “Semua kebenaran itu relatif.” Dan banyak gereja tanpa sadar mulai mengikuti irama itu.

Ketika dunia menolak ajaran tentang dosa, sebagian gereja memilih diam. Ketika masyarakat menuntut toleransi terhadap segala gaya hidup, sebagian gereja berkata, “Tuhan kan kasih, semua boleh.”

Padahal kasih sejati tidak pernah kompromi dengan dosa. Kasih yang sejati justru menuntun kepada pertobatan.

 “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yesaya 40:8)

Teknologi dan Era Digital: Berkat yang Bisa Jadi Bahaya

Hari ini, siapa pun bisa berkhotbah cukup punya kamera dan akun media sosial. Tapi tidak semua yang viral adalah kebenaran. Banyak “influencer rohani” berbicara dengan karisma luar biasa, tapi tanpa dasar teologi dan ketaatan.

Mereka sering mengutip Alkitab untuk mendukung opini pribadi, bukan untuk menyingkapkan kehendak Tuhan. Teknologi bisa menjadi alat luar biasa untuk Injil, asal digunakan dengan takut akan Tuhan.

Namun jika tidak hati-hati, ia bisa menjadi sumber kebingungan rohani bagi banyak orang.

Hilangnya Kepekaan terhadap Roh Kudus

Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:13). Tapi di tengah kecepatan zaman, banyak orang percaya tidak lagi melatih telinga rohaninya.

Kita terlalu sibuk mengejar konten, strategi, dan pertumbuhan — tapi lupa berlutut di hadapan Tuhan. Padahal, tanpa bimbingan Roh Kudus, pengajaran yang tampak bijak bisa menyesatkan.

Panggilan bagi Gereja Zaman Akhir: Kembali ke Firman

Kita tidak bisa menghentikan dunia dari menjadi semakin gelap, tapi kita bisa memastikan terang kita tidak padam. Sekaranglah waktunya bagi gereja dan setiap orang percaya untuk kembali kepada:

  • Kebenaran Firman yang murni
  • Kehidupan doa yang sungguh-sungguh
  • Pertobatan sejati
  • Ketaatan kepada Roh Kudus

“Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Matius 7:15)

Kesimpulan: Berdiri Teguh di Tengah Gelombang

Penyimpangan ajaran bukan tanda bahwa Tuhan gagal justru bukti bahwa firman-Nya sedang tergenapi. Tapi di tengah semua itu, Tuhan masih memanggil umat-Nya untuk berdiri teguh di atas kebenaran yang kekal. Mungkin tidak populer, mungkin tidak viral. Tapi kebenaran tetap kebenaran  dan Tuhan selalu menyertai mereka yang setia kepada-Nya.

Mari kita memilih jalan sempit itu. Mari tetap berpegang pada Firman, walau dunia menertawakan.Karena pada akhirnya, hanya Firman Tuhan yang tetap untuk selama-lamanya.


Posting Komentar untuk "Cara Membedakan Ajaran Sejati dan Ajaran Palsu"